selamat membaca dan menikmati gaya tulisan ini, bukan menggurui hanya mencoba menggali jati diri

Selasa, 13 September 2011

AKULAH SANG JUARA


Suatu ketika ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa empat orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri dan memang itulah peraturannya.
Ada seorang anak bernama umar. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam empat anak yang masuk final. Dibanding anak-anak yang lainnya mobil umarlah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kemampuan mobil itu untuk bisa mengalahkan mobil lainnya.
Yah, memang mobil itu tak menarik... hanya terbuat dari kayu sederhana dan sedikit lampu kerlip diatasnya yang tentunya tak sebanding dengan mobil mewah milik anak yang lain. Namun Umar merasa bangga dengan mobil itu sebab mobil itu adalah buatan tangannya sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobuil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start untuk mendorong mobil mereka sekencang-kencangnya. Dimasing-masing lintasan telah siap masing-masing anak dengan mobilnya masing-masing. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan empat lintasan terpisah diantaranya.
Namun, sesaat kemudian Umar meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam dengan telapak tangan menghadap ke atas. Lalu semenit kemudian ia berkata, "Yak aku siap !!".
Dorrr. Tanda telah dimulai. Dengan satu hantakan kuat mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itupun meluncur dengan kencang. Setiap orang bersorak sorai bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing " ayooo.. ayooo... cepaattt cepattt..." begitu teriak mereka. dan sayangnya pemenang harus ditentukan. Tali finish pun telah terlambai dan Umar adalah pemenangnya. Ya, semuanya senang begitu juga dengan Umar sambila berkomat kamit " Alhamdulillah"...
Saat pembagian piala tiba, Umar maju ke depan dengan bangga. Sebelum panitia menyerahkan piala, ia bertanya " hai jagoan kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang, bukan ?".... Umar terdiam. " Bukan pak bukan itu yang aku ucapkan kata Umar. " Sepertinya tak adil meminta Tuhan untuk menolongmu mengalahkan yang lain. Aku hanya memohon kepada Tuhan supaya aku tak menangis jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat terdengar gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.
RENUNGAN :

Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Umar, tidaklah memohon kepada Tuhan untuk dapat menang dalam setiap ujian. Umar, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu tak meminta Tuhan untuk mengabulkan semua permohonannya. Ia tak berdoa untuk menang dan menyakiti yang lainnya. Namun Umar berdoa kepada Tuhan agar diberi kekuatan saat menghadapi itu semua. Ia berdoa agar diberikan kemuliaan, dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa kepada Tuhan agar mengabulkan semua permohonan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa kepada Tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada didepan mata. Padahal bukankah yang kita butuh adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya dan panduan-Nya..?? Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita KUAT. Kita sering lupa, dan kita sering merasa CENGENG dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui?? Saya yakin Tuhan memberikan kita cobaan yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya Tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang SHALEH.

2 komentar:

  1. Kisah yang menggetarkan dada sob.. tak menyangka Umar berdoa seperti itu, Subhanallah..

    BalasHapus
  2. polos tapi berisi sob... itulah anak kecil... tanpa beban...

    BalasHapus