selamat membaca dan menikmati gaya tulisan ini, bukan menggurui hanya mencoba menggali jati diri

Rabu, 25 Mei 2011

ada yang lebih mahal dari dunia dan seisinya


Seorang pengusaha nan shalih bernama Kajiman –bukan nama asli-, malam itu sedang menginap di sebuah hotel berbintang lima di kawasan Simpang Lima Semarang. Usai melakukan qiyamul-lail ia bergegas ke luar hotel untuk mencari masjid terdekat dan shalat Shubuh berjamaah di sana. Waktu di jam tangan Kajiman menunjukkan bahwa waktu adzan Shubuh kira-kira setengah jam ke depan.

Begitu keluar dari lobby hotel, Kajiman pun memanggil seorang tukang becak yang sedang mangkal lalu ia naik ke atas becak.

"Mau diantar kemana, Pak?" tanya tukang becak bernama Ibnu. Begitu ditanya, Kajiman menjawab, "Antar saya keliling kota Semarang saja, Pak!" Ia menjawab sedemikian karena ia tahu bahwa waktu Shubuh masih jauh tersisa.

Maka Ibnu sang tukang becak mengantarkan Kajiman berkeliling Simpang Lima sebagai pusat kota Semarang.

Kira-kira belasan menit sudah Ibnu mengayuhkan pedal becak mengantarkan Kajiman yang hendak melihat panorama kota Semarang saat pagi menjelang. Beberapa jalan sudah mereka susuri berdua. Lalu sayup-sayup terdengar suara tarhim dari sebuah corong menara masjid di sana.

"Ya Arhamar Rahimiin, Irhamnaa.... Ya Arhamar Rahimiin, Irhamnaa....!"
Suara tarhim itu mengisyaratkan kepada warga kota Semarang bahwa waktu shubuh sebentar lagi akan menjelang.

Sejurus itu Ibnu berkata santun kepada penumpangnya, "Mohon maaf ya pak, boleh tidak bapak saya pindahkan ke becak lain??" Kajiman membalas, "Memangnya bapak mau kemana?" "Mohon maaf pak, saya mau pergi ke masjid!" jawab Ibnu.

Terus terang Kajiman kagum atas jawaban Ibnu sang tukang becak, namun ia ingin mencari alasan mengapa Ibnu sedemikian hebat kemauannya hingga ingin pergi ke masjid. "Kenapa harus pergi ke masjid pak Ibnu?" tanya Kajiman. Ibnu dengan polos menjawab, "Saya sudah lama bertekad untuk mengumandangkan adzan di masjid agar orang-orang bangun dan melaksanakan shalat Shubuh. Sayang khan Pak kalau kita tidak shalat Shubuh" jelas Ibnu singkat.

Jawaban ini semakin membuat Kajiman bertambah kagum atas ketaatan Ibnu. Namun Kajiman belum puas sehingga ia melontarkan pertanyaan yang menggoyah keimanan Ibnu. "Pak, bagaimana kalau pak Ibnu tidak usah ke masjid tapi pak Ibnu temani saya keliling kota dan saya akan membayar Rp 500 ribu sebagai imbalannya!"

Dengan santun Ibnu membalas tawaran itu, "Mohon maaf pak, bukannya menolak.... namun guru saya pernah mengajarkan bahwa shalat sunnah Fajar itu lebih mahal daripada dunia beserta isinya!"

Deggg....! dinding hati Kajiman bergemuruh mendapati jawaban hebat dari seorang pengayuh becak seperti Ibnu. Ia begitu takjub atas ketaatan Ibnu kepada Tuhannya. Amat jarang menurut Kajiman manusia sekarang yang memiliki prinsip hidup seperti Ibnu.
Bahkan Kajiman pun memberikan tawaran dua kali lipat dari semula, tetap saja Ibnu menolaknya. Kekaguman pun membawa Kajiman menyadari bahwa ada pelajaran besar yang sedang ia dapati dari seorang guru kehidupan bernama Ibnu pagi itu.

"Dua rakaat Fajar (qabliyah Shubuh) lebih baik daripada dunia beserta isinya." (Muhammad Saw)

Ibnu dan Kajiman pun tiba di salah satu masjid, rumah Allah. Lampu-lampu masjid belum menyala. Mereka berdualah orang-orang pertama yang membuka gerbang dan pintu masjid. Ibnu menyalakan lampu-lampu dan ia pun mengumandangkan adzan saat waktu Shubuh tiba.
Dalam alunan suara merdu Ibnu mengumandangkan adzan, hati Kajiman semakin hebat berguncang. Dia berkata kepada Tuhannya, "Ya Allah, betapa ummat dan bangsa ini amat membutuhkan manusia-manusia hebat seperti Ibnu... Rezekikan kepada kami para pemimpin bangsa dan hamba-hamba yang senantiasa kuat beriman dan selalu merasa takut kepada-Mu.... sehingga tiada lagi yang kami cari untuk hidup di dunia ini selain keridhaan dan surga-Mu."

Shalat Shubuh pun didirikan di masjid tersebut, termasuk dalam shaf barisan hamba Allah pagi itu adalah Kajiman dan Ibnu.

Kajiman begitu mensyukuri pelajaran berharga yang Allah berikan untuknya di pagi itu. Usai shalat, Kajiman masih melanjutkan ibadahnya dengan dzikir dan bermunajat kepada Tuhannya Yang Maha Pemurah. Namun lagi-lagi terbayang di benaknya sosok hebat Ibnu sang Tukang Becak. Entah mengapa dirasakan oleh Kajiman bahwa Allah menginginkan dirinya membantu Ibnu untuk hadir ke Baitullah berhaji di tahun ini. Doa di pagi itu sungguh membuat Kajiman terasa amat dekat dengan Tuhannya. Hingga badannya berguncang dan air mata pun mengalir deras di pipinya. Tak kuasa ia membendung gelombang arus rahmat dari Tuhannya.

Usai puas berdoa, Kajiman pun menurunkan kedua tangannya yang tadi terangkat. Terdengar oleh telinganya sapaan lembut pak Ibnu yang berkata, "Mari pak kita teruskan perjalanan keliling kota Semarang....!"

Kajiman lalu menoleh ke arah sumber suara. Ia berdiri dan menghampiri tubuh Ibnu. Ia gamit tangan Ibnu untuk berjabat lalu memeluk tubuhnya dengan erat. Sementara Ibnu belum mengerti apa maksud perbuatan yang dilakukan Kajiman.

Dalam pelukan itu Kajiman membisikkan kalimat ke telinga Ibnu, "Mohon pak Ibnu tidak menolak tawaran saya kali ini. Dalam doa munajat kepada Allah tadi saya sudah bernazar untuk memberangkatkan pak Ibnu berhaji tahun ini ke Baitullah...., Mohon bapak jangan menolak tawaran saya ini. Mohon jangan ditolak!!!"

Subhanallah.... bagai kilat dan guntur yang menyambar menggoncang bumi. Betapa hati Ibnu teramat kaget mendengar penuturan Kajiman yang baru saja dikenalnya. Kini Ibnu pun mengeratkan pelukan ke tubuh Kajiman dan ia berkata, "Subhanallah walhamdulillah.... terima kasih ya Allah.... terima kasih pak Kajiman.....!"

Untuk kali ini, Ibnu tiada menolak tawaran Kajiman!

Labbaikallahumma Labbaik..... Labbaika Laa Syarika Laka Labbaik
Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah... Aku penuhi panggilan-Mu

Haji adalah memenuhi panggilan Allah Swt sekali seumur hidup. Bagaimana mungkin seorang manusia memenuhi panggilan Allah yang agung ini, bila dalam sehari Allah Swt memanggilnya hingga lima kali, namun ia tiada mengindahkan.
Ibnu sungguh pantas mendapat hadiah penghargaan dari Allah Swt.

Ucapan terima kasih khusus untuk ayahanda Kajiman atas kisah yang luar biasa ini! Wallahu 'alam (sumber : jamaahmasjid.blogspot.com)

Senin, 23 Mei 2011

surat cinta untuk RASULULLAH.......


Assalamuala’alaikum Warrahmatullah Wabarrokatuh…

Rindu kami padamu ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu ya Rasul
Seakan dikau di sini
Cinta ikhlasmu pada manusia bagai cahaya suwarga
Dapatkah kami membalas cintamu secara bersahaja

Air mata ini mengalir begitu saja. Syair itu begitu indah dan bersahaja. Aku tak sangup untuk mendengarnya sampai bait akhir. Tulus suara dan ungkapan kasih yang bening. Syair yang dinyanyikan itu membuatku hampir kehilangan kesadaran. Aku dibekap kecemasan dan goncangan hati yang menderu.

Ya Rasulullah….
Terkadang aku merenung, masih pantaskah aku untuk merindukanmu?
Masih pantaskah aku mengharapkan syafaatmu?

Ya Rasul….
Aku iri!
Aku iri dengan Abu Bakar yang menjadi orang-orang pertama yang menyaksikan keRasulan engkau, menjadi orang-orang yang berada pada barisan terdepan yang dengan penuh keikhlasan selalu membela dirimu.

Ya Rasul…
Aku iri!! Sungguh kali ini aku iri!..
Aku iri dengan Umar bin Khattab, yang selalu siaga dengan gagah beraninya menjadi pelindungmu, Umar yang berdiri kokoh layaknya benteng untuk membela islam.

Ya Rasul, aku iri…
Izinkan aku untuk iri kali ini…
Aku sungguh sungguh iri dengan Bilal… Bilal, budak belia yang mendapatkan kesempatan untuk turut berjihad dengan engkau…Bilal yang rela menahan deraan demi Rasul yang dicintainya …

Tapi Rasul, pantaskah aku untuk iri?
Masih pantaskah aku untuk menunduk terpaku mengucapkan sholawat ketika namamu disebut? di tengah deretan kesalahan yang telah kuperbuat? Di tengah rangkaian kelalain yang kuukir? Di tengah kemaksiatan-kemaksiatan yang senantiasa menambah panjang deretan dosa-dosaku….!!

Ya Rasulullah….
Aku masih ingat, saat pertama kali aku belajar mencintaimu…
Lembar demi lembar shiroh kupelajari…
Untai demi untai kata para usadz mengenaimu kuresapi..
Tentang cinta yang engkau beri…
Tentang kasih para sahabat…
tentang kerinduan para syuhada untuk mendapat syafaat darimu..
Untuk kemudian kutumbuhkan dalam mimpi-mimpi dan idealisme yang mengawang di awan…
Aku terus berusaha untuk mencintaimu dengan cinta yang utama,
namun… Ku masih tak mampu memberikan cinta tertulusku untukmu…

Ya Rasul…
Aku tak sanggup mencintaimu dengan kesabaran menanggung derita sebagaimana Bilal Bin Rabbah…
Karena itu izinkan aku mencintaimu melalui keluh kesah pengaduanku…
Atas derita batin dan jasadku, atas sakit dan ketakutanku…

Ya Rasulullah..
Aku tak sanggup mencintaimu seperti Abu Bakar Ash Siddiq menyedekahkan seluruh hartanya untuk islam..
Karena itu izinkan aku mencintaimu melalui seratus dua ratus perak yang terulur pada tangan2 kecil di bis kota dan pinggiran jalan…
Melalui bingkisan2 sederhana yang terkirim ke saudara dan handai tolan..

Ya Rasulullah….
Aku tidak sanggup mencintaimu sebagaimana Sumayyah yg mempersembahkan jiwa demi tegaknya dien…
Maka izinkanlah aku mencintaimu dengan sedikit bakti pengorbanan untuk dakwah islam…
Izinkan aku mencintaimu dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru…

Ya Rasulullah
Perkenankan aku mencintaimu semampuku..
Dengan segala kelemahan dan kenaifanku…
Dengan segala kealphaan dan kelalaianku…

Ya Rasul…
Aku memiliki mimpi…
Ya, aku menyimpan sebuah harapan besar ya Rasul..
Kelak, ketika di Yaumul akhir… Engkau ibaratnya adalah seorang idola, superstar yang berdiri di atas kemegahan sebuah panggung. Sedangkan aku, dengan segala kekerdilanku berada di antara jejeran para penonton. Dan aku akan memanggil engkau jauh di sudut sana, di antara jutaan lautan manusia….
Aku akan berteriak: Ya Rasulullah, Ya Rasulullah!!
Dan aku berharap…
Aku sungguh berharap…
Engkau akan menoleh ke arahku, dan berkata “Itu umatku!”
Sungguh aku ingin ya Rasul…
Aku ingin menjadi bagian dari barisan panjang umat yang mendapatkan syafaatmu…
Aku ingin menjadi bagian dari umat yang tersenyum berdiri di belakangmu…

Ya Rasulullah…
Walau aku tahu aku tak layak, namun dengan tertatih aku tetap ingin menitipkan rindu ini untukmu…
Ya Rasulullah…
Walau aku tahu ini tak mudah, namun dengan segala kelemahanku aku akan mengikuti jalan juangmu…
Ya Rasulullah…
Walau aku tahu ini akan sulit, namun aku ingin turut menjadi pembela-pembela Allah dan Rasulku…
Ya Rasulullah…
Saksikanlah aku yang akan tertatih dan tergopoh untuk mempertahankan keistiqomahanku…
Demi cintaku pada Allah, demi cintaku padamu YA RASUL…

Rindu kami padamu Ya Rasul…
Rindu tiada terperi …
Berabad jarak darimu ya Rasul, serasa dikau di sini,…

Salam Bagimu, Ya Rasullullah…

Selasa, 10 Mei 2011

siapa yang bisa menilai ???


buat agan, mas, bro, mbak, sista dan semuanya yang sudah atau sedang bekerja.....
pernah tidak kalian mengalami yang seperti ini ??

Boss : FULAN tolong kamu buat ini prncanaan dan biaya lengkap, sy kasih waktu 3 hr ini kerjaan kita nih biar big bos senang......
FULAN : oke pak segera sy laksanakan...
keesokan harinya....
FULAN : ini pak tugas sudah sy selesaikan semua sdh sy periksa kembali mohon koreksi dari bapak...
Boss : Baguss kalau begini big boss pasti senang, ide saya ini pasti dia terima.... selanjutnya kamu kerjakan ini lagi kmu perbaiki gambar dan laporan ini
FULAN : baik pak....
keesokan harinya
Boss : FULAN tolong kamu edit ini bahan presentasi saya
beberapa jam kemudian
Boss : FULAN tolong kamu periksa keuangan ini
beberapa jam kemudian
Boss : FULAN tolong kamu periksa ini.... periksa itu..... danseterusnya.......

saya yakin pasti ada yang seperti itu,
ibarat boss itu suatu mesin, dan staff sebagai roda penggerak semestinya kalau ingin mesin itu sampai ke tujuan mestinya di perlukan roda penggerak, tapi terkadang mesin itu ingin sampai ke tujuannya tanpa memperhatikan roda penggeraknya....
lantas kadang staf juga perlu yang namanya penilaian langsung dari big boss, bukan cm dari boss... setiap pertemuan boss pasti bilang kepada big boss ini laporan dan prestasi kerja yang sudah SAYA buat pak.....
selalu kata SAYA yang muncul bukan kata KAMI atau SAYA dan STAF2 SAYA....

siapa yang bisa menilai anda????
siapa yang bisa mengetahui kemampuan anda???
siapa yang bisa menjamin posisi anda apakah akan naik atau stagnant ???

tapi saya yakin setiap kalian pasti ingin memberikan kontribusi yang baik buat tempat kerjanya saya tidak sangsikan itu, bukankah lebih enak kalau kalian bisa memanage orang2 ?? punya usaha dan susah senangnya kita rasakan sendiri ketimbang ikut ini itu berbagai macam perintah yang memberikan keuntungan satu pihak??? betul tidak???
tapi apapun itu, semangat kerja tetap diperlukan kalau tidak ada yang bisa menilai kita, mestinya kita sendiri yang menilai diri kita LAYAKkah kita untuk di nilai ORANG ???......